makalah konflik dan negosiasi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Penyelesaian konflik bisa dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan cara negosiasi. Negosiasi biasanya dilakukan untuk
mendapat jalan tengah dalam sebuah kasus agar keadaan bisa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan konflik ?
2.
Apa faktor penyebab
terjadinya konflik ?
3.
Apa pengertian dari
negosiasi ?
4.
Bagaimana tahap
untuk melakukan negosiasi ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui apa yang
dimaksud dengan konflik
2.
Mengetahui apa
faktor penyebab terjadinya konflik
3.
Mengetahui
pengertian dari negosiasi
4.
Mengetahui
bagaimana tahap untuk melakukan negosiasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONFLIK
a.
Pengertian Konflik
Konflik
berasal dari kata kerja latin configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Ada beberapa
pengertian konflik menurut beberapa ahli.
ü Menurut
Taquiri dalam Newstorm dan Davis
(1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam
berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
ü Menurut
Gibson, et al (1997: 437), hubungan
selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula
melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi
memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu
sama lain.
ü Menurut
Robbin (1996), keberadaan konflik
dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau
kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka
secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik
tersebut telah menjadi kenyataan. Dipandang
sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi
(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat
dekat hubungannya dengan stres.
Pandangan ini dibagi
menjadi tiga bagian, antara lain:
v Pandangan tradisional (The Traditional
View).
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang
negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah
violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil
disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di
antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan
dan aspirasi karyawan.
v Pandangan hubungan manusia (The Human
Relation View). Pandangan
ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar
terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu
yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti
terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu,
konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong
peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan
sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok
atau organisasi.
v Pandangan interaksionis (The
Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu
kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu
organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis,
apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan
ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan
sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri,
dan kreatif.
ü Menurut
Minnery (1985), Konflik organisasi
merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan
dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
ü Menurut
Stoner dan Freeman
Stoner
dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan
tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):
v Pandangan tradisional.
Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini disebabkan
konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang
optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus
dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang
dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak
manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
v Pandangan modern.
Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain
struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya.
Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika
terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik
sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
ü Konflik
Menurut Myers
Konflik dipahami
berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers,
1993:234)
v Dalam
pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus
dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai
sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan
seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan
baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik,
pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi
itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu,
menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
v Pandangan
kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan
sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia.
Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi
bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi
bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar
di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif,
melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi
tersebut, misalnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.
b.
Faktor-Faktor Penyebab Konflik
Faktor penyebab
konflik:
ü Perbedaan
individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang
unik.
ü Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
ü Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok.
c.
Jenis-Jenis
Konflik
Menurut
Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam:
ü konflik
antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan
dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
ü konflik
antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
ü konflik
kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
ü konflik
antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
ü konflik
antar atau tidk antar agama
ü konflik
antar politik.
d.
Akibat
Konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai
berikut :
ü meningkatkan
solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan
kelompok lain.
ü keretakan
hubungan antar kelompok yang bertikai.
ü perubahan
kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam,- benci, saling
curiga dll.
ü kerusakan
harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
ü dominasi
bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa
pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut
sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian
terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa
sebagai berikut:
ü Pengertian
yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk
mencari jalan keluar yang terbaik.
ü Pengertian
yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk
"memenangkan" konflik.
ü Pengertian
yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang
memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
ü Tiada
pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk
menghindari konflik.
Contoh konflik
ü Konflik
Vietnam berubah menjadi perang.
ü Konflik
Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul
kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.
ü Konflik
Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik bersejarah
lainnya.
ü Banyak
konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik
-Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.
e.
Langkah-Langkah
Menangani Konflik
Selain itu, ada beberapa tips yang mungkin dapat membantu Anda untuk menyelesaikan suatu konflik, yaitu:
ü Menjadi Pendamai.
ü Tetap netral.
ü Dengarkan kedua (atau lebih) pihak.
ü Mau membujuk pihak-pihak untuk
bertanggung jawab.
ü Satukan pihak-pihak yang berselisih paham.
ü Beri semua pihak kesempatan berbicara.
ü Dorong mereka untuk memaafkan dan
melupakan yang lalu.
f.
Manajemen Konflik
Karena setiap negosiasi memiliki potensi konflik dalam seluruh prosesnya, penting sekali bagi kita untuk memahami cara mengatasi atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai alternatif penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-masing pihak, ada empat kuadran manajemen konflik:
Karena setiap negosiasi memiliki potensi konflik dalam seluruh prosesnya, penting sekali bagi kita untuk memahami cara mengatasi atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai alternatif penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-masing pihak, ada empat kuadran manajemen konflik:
1.
Kuadran Kalah-Kalah
(Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan
cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang
timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk
menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik
tersebut. Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu
menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak lain.
Cara ini sebetulnya hanya bisa kita
lakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar
tidak menjadi beban dalam pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya memang setiap
potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.
2. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita
memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan
atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita yang
keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan
diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan
atau kompetisi di antara kedua pihak.
Gaya penyelesaian konflik seperti ini
sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam
posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang
membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
3.Kuadran
Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua,
kuadran ketiga yaitu kita kalah – mereka menang ini berarti kita berada dalam
posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita
gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini
juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik
tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan.
Mengalah dalam hal ini bukan berarti
kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian yang
paripurna terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak. Mengalah memiliki
esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk juga mau
mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama bisa menuju ke
kuadran pertama.
4.
Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran
pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau bekerja sama.
Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui
konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai.
Proses ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat
mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim
satu sama lainnya.
Proses
ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan
dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh . Secara sederhana proses
ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya
keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk
mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
a.
Pengertian Negosiasi
Negosiasi adalah
sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek
kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk
mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
Negosiasi dilakukan mulai dari rumah,
sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita. Oleh karena itu penting bagi
kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri (manajemen diri), untuk
dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik bernegosiasi sehingga
kita dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi yang jauh lebih efektif
dan lebih baik dengan siapa saja.
Dalam buku Teach Yourself Negotiating,
karangan Phil Baguley, dijelaskan tentang definisi NEGOSIASI yaitu suatu cara
untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak
dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa
mendatang. Sedangkan negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:
1. senantiasa
melibatkan orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
2. memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
3. menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter);
4. hampir selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah;
5. negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi;
6. ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
2. memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
3. menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter);
4. hampir selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah;
5. negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi;
6. ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
Negosiasi
dengan Hati
Pada dasarnya negosiasi adalah cara
bagaimana kita mengenali, mengelola dan mengendalikan emosi kita dan emosi
pihak lain. Di sinilah seringkali banyak di antara kita tidak menyadari bahwa
negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam hati atau
jiwa seseorang. Ini seperti gambaran sebuah gunung es, di mana puncak yang
kelihatan merupakan hal-hal yang formal, tuntutan yang dinyatakan dengan jelas,
kebijakan atau prosedur perusahaan, maupun hubungan atau relasi bisnis yang
didasarkan pada hitungan untung rugi.
Sedangkan yang sering dilupakan dalam
proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat,
keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh individual
yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal
yang di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang
sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal
pokok yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART
(yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam kita
melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan
dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita
dalam melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju
keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).
Jadi sebenarnya tidaklah cukup melakukan
negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal, kebijakan dan prosedur, atau
teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan ketiga komponen
tersebut yaitu: karakter, metoda dan
perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak
terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam
suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan
hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya
selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki
keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi
setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
b.
Langkah-langkah
bernegosiasi
Langkah-langkah
bernegosiasi meliputi hal-hal berikut:
Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.
Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.
Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
a. Jangan memegang apa pun di tangan
kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
c. Jabat
tangan dengan tegas dan singkat;
d. Berikan senyum dan katakan sesuatu
yang pas untuk mengawali pembicaraan.
Selanjutnya
dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua
pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain memiliki
perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan dasar
untuk membangun rasa percaya.
c.
Memulai
proses negosiasi
Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
a. Tunggu
saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok
negosiasi;
b.
Sampaikan pokok-pokok
keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh percaya
diri;
c.
Tekankan bahwa anda
atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu kesepakatan dengan
mereka;
d.
Sediakan ruang untuk
manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya
atau tidak;
e.
Sampaikan bahwa ”jika
mereka memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this,
we’ll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus
mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
f.
Hal kedua dalam tahap
permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif apa yang
ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif
memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana
mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu
membangun kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks
namun penuh perhatian.
d.
Membangun
Kesepakatan
Babak
terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan menutup
negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat
tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan
kedua pihak memiliki komitmen untuk melaksanakannya.
Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi
tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau
salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan
harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita
tidak bertepuk sebelah tangan.
Karena itu, penting sekali dalam
awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui
apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau
keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu
dan energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya:
conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.
ARTIKEL
KONFLIK & NEGOSIASI
KASUS PELANGGARAN HAM YANG TERJADI DI MALUKU
Konflik dan kekerasan
yang terjadi di Kepulauan Maluku sekarang telah berusia 2 tahun 5 bulan; untuk
Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku Tenggara 100% aman dan relatif stabil,
sementara di kawasan Maluku Tengah (Pulau Ambon, Saparua, Haruku, Seram dan
Buru) sampai saat ini masih belum aman dan khusus untuk Kota Ambon sangat sulit
diprediksikan, beberapa waktu yang lalu sempat tenang tetapi sekitar 1 bulan
yang lalu sampai sekarang telah terjadi aksi kekerasan lagi dengan modus yang
baru ala ninja/penyusup yang melakukan operasinya di daerah – daerah perbatasan
kawasan Islam dan Kristen (ada indikasi tentara dan masyarakat biasa).
Penyusup masuk ke
wilayah perbatasan dan melakukan pembunuhan serta pembakaran rumah. Saat ini
masyarakat telah membuat sistem pengamanan swadaya untuk wilayah pemukimannya
dengan membuat barikade-barikade dan membuat aturan orang dapat masuk/keluar
dibatasi sampai jam 20.00, suasana kota sampai saat ini masih tegang, juga
masih terdengar suara tembakan atau bom di sekitar kota.
Akibat
konflik/kekerasan ini tercatat 8000 orang tewas, sekitar 4000 orang luka –
luka, ribuan rumah, perkantoran dan pasar dibakar, ratusan sekolah hancur serta
terdapat 692.000 jiwa sebagai korban konflik yang sekarang telah menjadi
pengungsi di dalam/luar Maluku.
Masyarakat kini
semakin tidak percaya dengan dengan upaya – upaya penyelesaian konflik yang
dilakukan karena ketidak-seriusan dan tidak konsistennya pemerintah dalam upaya
penyelesaian konflik, ada ketakutan di masyarakat akan diberlakukannya Daerah
Operasi Militer di Ambon dan juga ada pemahaman bahwa umat Islam dan Kristen
akan saling menyerang bila Darurat Sipil dicabut.
Komunikasi sosial
masyarakat tidak jalan dengan baik, sehingga perasaan saling curiga antar
kawasan terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang
menginginkan konmflik jalan terus. Perkembangan situasi dan kondisis yang
terakhir tidak ada pihak yang menjelaskan kepada masyarakat tentang apa yang
terjadi sehingga masyrakat mencari jawaban sendiri dan membuat antisipasi
sendiri.
Pendidikan sangat
sulit didapat oleh anak – anak korban langsung/tidak langsung dari konflik
karena banyak diantara mereka sudah sulit untuk mengakses sekolah, masih dalam
keadaan trauma, program Pendidikan Alternatif Maluku sangat tidak membantu
proses perbaikan mental anak malah menimbulkan masalah baru di tingkat anak
(beban belajar bertambah) selain itu masyarakat membuat penilaian negatif
terhadap aktifitas NGO (PAM dilakukan oleh NGO).
Masyarakat Maluku
sangat sulit mengakses pelayanan kesehatan, dokter dan obat – obatan tidak
dapat mencukupi kebutuhan masyarakat dan harus diperoleh dengan harga yang
mahal; puskesmas yang ada banyak yang tidak berfungsi.
Belum ada media
informasi yang dianggap independent oleh kedua pihak, yang diberitakan oleh
media cetak masih dominan berita untuk kepentingan kawasannya (sesuai lokasi
media), ada media yang selama ini melakukan banyak provokasi tidak pernah
ditindak oleh Penguasa Darurat Sipil Daerah (radio yang selama ini digunakan
oleh Laskar Jihad (radio SPMM/Suara Pembaruan Muslim Maluku).
NEGOSIASI KASUS TKI DI LUAR NEGERI
JAKARTA—Penunjukkan pengacara tetap untuk mengawal proses hukum TKI yang terancam hukuman mati di Malaysia tidak semulus di Arab Saudi. Negosiasi dengan Sebastian Cha, pengacara yang lolos fit and proper tes putus di tengah jalan. Negosiasi deadlock karena urusan nilai kontrak dan mekanisme pembayarannya.Juru bicara Satgas penanganan TKI yang terancam hukuman mati Humphrey Djemat di Jakarta kemarin (19/12) menuturkan, pengacara Sebastian Cha meminta nilai kontrak sebesar 3 juta ringgit atau sekitar Rp9 miliar untuk durasi satu tahun. Kontrak ini untuk menangani 187 kasus hukum yang berujung ancaman hukuman mati untuk TKI. Dalam proses negosiasi, pengacara ternama di negeri Jiran itu juga meminta duit kontrak dibayar dimuka.
Terkait urusan harga, Humphrey mengatakan
pemerintah melalui satgas menawar menjadi 2,5 juta ringgit atau sekitar Rp7,1
miliar untuk masa kerja satu tahun. "Sayangnya Sebastian tidak mau
negosiasi. Dia tetap kukuh meminta 3 juta ringgit," tandasnya. Menurut
Humphrey, pemerintah tidak bisa mengabulkan begitu saja nilai kontrak yang
ditawarkan oleh pengacara tetap TKI. Sebab, nanti satgas juga akan diaudit. Dia
menegaskan, jika mengabulkan penawaran Sebastian itu, satgas akan dicecar
pertanyaan auditor; Kenapa kok tidak ditawar? Satgas sempat menaikkan
tawarannya, asalkan tidak sampai 3 juta ringgit. Tetapi, Sebastian masih belum
goyah dengan harga yang dia pasang tadi.
Sementara untuk urusan skema pembayaran duit
kontrak, Humphrey mengatakan pemerintah keberatan sekali dengan sistem yang
diminta Sebastian. Dia menegaskan, pemerintah atau satgas tidak bisa
membayarkan uang kontrak dalam satu tahapan. "Minimal kami bayarkan dalam
tiga tahap. Supaya bisa melakukan evaluasi. Jaminannya apa terhadap kinerjanya
selama setahu," kata dia. Humphrey mencontohkan, pembayaran kontrak
pengacara TKI paten di Arab Saudi dengan nilai sekitar Rp5 miliar dibayarkan
dalam empat tahap.
Humphrey mengatakan, negosiasi yang digelar Jumat
lalu (16/12) di Kuala Lumpur itu berlangsung alot. Akhirnya, negosiasi
deadlock. Dengan terbuka, satgas dan calon pengacara tetap TKI di Malaysia
sepakat jika negosiasi dibatalkan. Humphrey mengatakan, terlalu beresiko jika
memaksakan negosiasi dengan Sebastian. Dia tidak mau mengambil resiko, apalagi
upaya ini berkaitan erat dengan perlindungan TKI di negara serumpun Indonesia
itu.
Ini artinya, satgas harus berkutat lagi dalam
urusan fit and proper tes penjaringan calon pengacara tetap menggantikan
Sebastian. Humphrey mengatakan, satgas berharap bulan ini juga sudah ada
pendantanganan kontrak penunjukan pengacara tetap untuk TKI di Malaysia. Untuk
urusan ini, perwakilan Indonesia di Malaysia akan meminta rekomendasi dari
Malaysia Bar Association (asosiasi advokat malaysia) nama-nama pengacara
jempolan di Malaysia.
Humphrey menegaskan, upaya satgas menangani TKI
terancam hukuman mati di Malaysia tidak bisa diartikan kaku harus membebaskan
dari hukuman mati. Sebab, katanya, rata-rata TKI yang terancam hukuman mati di
Malaysia terlibat sindikat perdagangan narkotika kelas kakap. Upaya
satgas adalah, untuk memastikan para TKI mendapatkan hak untuk memperoleh
pendampingan selama menjalani persidangan. Meskipun begitu, satgas tetap
memperioritaskan pembebasan TKI yang terancam dihukum mati karena membela diri.
Misalnya, membela diri karena akan diperkosa majikannya. Atau juga membela diri
karena terlalu sering dianiaya sang juragan. (wan)
NEGOSIASI SYRIA-ISRAEL
BERHENTI SEJENAK
Louvain-la-Neuve, Belgia – Dengan karakteristik pandangan jelas
dan pengetahuan akan sejarah, Jenderal Charles de Gaulle biasa mengatakan bahwa
“orang tidak boleh menghina masa depan.” Dia juga percaya bahwa ide-ide
sederhana diperlukan untuk mengatasi “Timur Tengah yang rumit.” Sebentar lagi,
dua peristiwa penting akan mempengaruhi situasi di Timur Tengah: Penggantian
perdana menteri di Israel dan pemilihan presiden di AS.
Penting untuk menganalisa negosiasi yang sedang berjalan antara
Syria dan Israel sebagai bagian dari proses perdamaian di Timur Tengah. Prinsip
dasar dari negosiasi itu terdiri atas pengembalian Dataran Tinggi Golan ke
Syria, ditukar dengan jaminan keamanan bagi Israel.
Di wilayah di mana segalanya terhubung, berharap menyelesaikan
satu masalah, sementara mengabaikan yang lain adalah ilusi. Palestina-Israel,
Syria, Lebanon, Irak, Iran: Masing-masing memiliki situasi khusus, namun saling
terkait. Perdamaian sebagian dan terpisah dalam konflik Israel-Palestina tidak
akan menggantikan perdamaian global.
Namun demikian negosiasi tak langsung terkini antara Syria dan
Israel mewakili kemajuan yang signifikan. Ini menandakan kembalinya proses
negosiasi antara dua negara yang bersaing. Jika Tzipi Livni, perdana menteri
saat ini dan ketua partai besar Kadima, menjadi pemimpin pemerintahan Israel,
apakah dia akan menegakkan proses dengan Syria dan Palestina yang diupayakan
oleh Ehud Olmert? Kita bisa berharap demikian, meski tentu saja, tidak ada yang
pasti.
Satu dari tantangan terbesar pertamanya adalah membentuk
pemerintahan koalisi yang berkomitmen untuk memberikan solusi damai bagi
berbagai masalah sulit yang tak selesai di wilayah itu: Ketegangan di perbatasan
dengan Lebanon, pembagian sumber air, situasi di Gaza saat ini, status
Yerusalem, dinding, perkampungan Israel, para pengungsi Palestina, dan dimensi
Iran.
Setelah bertahun-tahun mengalami jalan buntu, bahkan tragedi,
apakah upaya yang dipelopori oleh Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat pada 1993 itu
akan dilanjutkan?
Dalam hal ini, negosiasi antara Syria dan Israel saat ini harus
diletakkan dalam konteks global: tawaran perdamaian pada Arab Summit 2002 di
Beirut, yang selanjutnya diulangi pada Riyadh Summit 2007. Tawaran dari para
pemimpin Arab ini menawarkan perdamaian global kepada Israel dan mengamankan
integrasinya di wilayah itu sebagai ganti perkampungan layak Israel-Arab dan
Israel Palestina berdasarkan Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB 1967. Dalam hal
ini, diluncurkannya kembali negosiasi Syria-Israel timbul dari sebuah proses
yang mungkin akhirnya mencapai kematangan.
Dukungan internasional dan AS untuk negosiasi ini bahkan lebih
terungkap. Perubahan dalam sikap ini berasal dari pemilihan Eropa dan Perancis
pada Mei 2007, yang memungkinkan kebijakan pragmatis terhadap masalah-masalah
Syria dan Lebanon, seperti yang ditunjukkan oleh kunjungan Nicolas Sarkozy
baru-baru ini ke Damaskus.
Di AS, laporan Baker-Hamilton yang berpengaruh meminta strategi
baru di Irak dan Timur Tengah, termasuk dialog politik antara Washington, Syria
dan Iran. Terhalang oleh retorika “Sumbu Kejahatan”-nya sendiri, administrasi
Bush menolak untuk mempertimbangkan rekomendasi ini.
Tapi apakah administrasi AS yang baru akan mengusahakan resolusi
bagi berbagai masalah di Timur Tengah? Sinyal positif di antaranya adalah
pendekatan yang kurang unilateral dan lebih seimbang, koordinasi yang lebih
baik dengan Uni Eropa dan PBB (terutama dalam kerangka kerja Quartet), serta
keinginan untuk terlibat dalam dialog dengan Syria.
Masih sulit untuk meramalkan apa kebijakan luar negeri Senator
John McCain atau Senator Barack Obama terhadap Timur Tengah. Tapi, keliru untuk
mengharapkan perubahan radikal. Berasal dari partai yang sama dan mendukung
Perang Irak, Senator McCain tampaknya hanya sedikit berbeda dari administrasi
yang sekarang, meskipun dia kurang ideologis dan lebih pragmatis ketimbang
Bush. Namun, Senator Obama menentang perang di Irak, dan telah menunjukkan
kesediaan untuk menerapkan kebijakan yang berbeda, mungkin juga terhadap
Iran.
Pengalaman mengatakan kepada kita bahwa pernyataan kampanye
pemilihan tidak boleh dianggap sebagai realitas suram tindakan. Namun cukup
masuk akal untuk mengharapkan bahwa bulan-bulan mendatang akan memberi peluang
baru.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, W. Speech communication. 2an ed. Dubuque, Brown, 1975.
Cohen, H. You can negotiate anything. Secaucus, Lyle Stuart, 1980.
Fisher, R. and W. Ury. Getting to yes. London, Hutchinson,1983.
Monroe, A, and D. Ehninger. Principles and types of speech. 6th ed. Glenview; Scott, Foresman, 1967.
Nierenberg, G. The Art of negotiating. New York, Simon and Schuster, 1976.
Pinnells, J. Writing: Process and structure. New York Harper, 1988.
United Nations Conference on Trade and Development. Handbook on the acquisition of technology by developing countries. New York, UNCTAD, 1978.
Warschaw, T. Winning by negotiation. New York, McGraw, 1980.
Zunin, L. contact: The first four minutes. London, Franklin, 1972.
Pouliot, Janine S. Eight Steps To Success In Negotiating. ; importance of business negotiating. Nation’s Business. 1999.
Prijosaksono, Aribowo Roy Sembel. Negosiasi. The Indonesia Learning Institute, Indonesia. 1999
Brodow’s, Ed. Ten Tips for Successful Negotiating:. Negotiate With Confidence, PBS, Negotiation Boot Camp. 1996
Bragg, Terry. The Manager as Negotiator: Ten Secrets for Success.2000
kok body note nya gak ada yang sesuai dengan daftar pustakanya ya ?
BalasHapus